Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Untuk Perempuan yang Sedemikian Lihai Bermain Peran*

Selain studi yang selesai, boleh jadi pandemi juga membuat panggung kita jadi kosong. Adu gagasan merumuskan sajian, persiapan panjang produksi pertunjukan, polemik internal yang begitu-begitu melulu, kini kian langka. Belum lagi tatap muka yang berubah jadi kata dan tanda tanya: kapan? Kita hanyalah pelakon amatir, dan semakin amatir, cerita yang ingin dipentaskan kerap gagal merumuskan kenyataan.  Barangkali juga kita kangen. Menikmati diri yang senewen ketika setengah jam menuju pertunjukan, mendengar sayup-sayup langkah kaki penonton berjejalan di telinga: menunggu gong ketiga berbunyi memulai sandiwara. Lalu kemudian mengelola prolog sedemikian cergasnya agar impresi terbaik dapat kena ke ratusan pasang mata, mengaduk-aduk emosi dan berharap lawan main kita juga turut, dan berusaha menyelesaikan cerita dengan teramat apik.  Di antara bermacam peristiwa yang dialami kala itu, kita tidak gentar karena sering latihan. Kalau memang sekiranya kita sangat menginginkan lagi bermain peran

Alur Perjalanan Seorang Tukang Roti Keliling

Ia baru saja turun dari motor, memesan segelas kopi, kemudian duduk di sebelahku. Dagangannya hampir habis. Beberapa roti masih berjejer di etalase yang nangkring di jok belakang motornya. Memang cukup lezat. Apalagi jika memakannya pada sore hari. Aku dan Ibu kadang beli ketika ingin ngemil dan di rumah sedang tidak ada apa-apa. Ini bukan roti yang biasa dijual di swalayan atau supermarket. Bukan juga roti yang sering memasang iklannya di televisi. Ini roti hasil industri rumahan di kelurahan kami. Banyak terigu dijual murah dari sisa produksi pabrik. Oleh warga, bahan tersebut diolah kembali menjadi roti beraneka rasa yang jadi ciri khas kelurahan kami. Produknya sudah terkenal dari satu kelurahan ke kelurahan lain, bahkan kota lain. Tidak heran jika nama kelurahan kami adalah Kampung Roti.  Ibu bilang, itu berawal dari 30 tahun yang lalu, ketika aku belum lahir. Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Kadang ketika memikirkannya aku merasa aneh, kota tempatku tinggal dapat dibilang sudah