Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Soe Wan Tie

Sudah tiga tahun semenjak aku bertemu denganmu. Tidak pernah ada yang berbeda. Entah jika nanti kita sudah sarjana, magister, doktor, profesor, atau almarhum. Akan berubah, tidak seperti  ini lagi? Kurasa tidak. Bandung, Agustus 2014

Perempuan di Mata Ibu

Malam itu hampir pagi, Ibuku masih terjaga, demikian pula aku. "Ibu, bagaimana jika aku menyukai seorang perempuan? Apakah Ibu ikhlas jika nanti baktiku jadi berkurang?" Begitu tanyaku, saat Ibu sedang asyik menulis di buku. Ibu berhenti menulis, suasana tetiba penuh pertanyaan. Demikian pula malam, gelapnya memberikan pertanyaan pada mereka yang tidak terserang rasa kantuk. Ibu menarik nafas panjang. Aku mulai rebahan di pangkuannya. ".... Kamu tahu warna, nak? Gelapnya malam ini, kemudian cerahnya pagi, dilanjutkan dengan terangnya siang, lalu sendunya petang, dan balik lagi ke gelapnya malam. Kau tahu, nak?" Ibu menarik nafas lagi, sembari memejamkan matanya sejenak. ".... Ketika kamu menyukai seorang perempuan, banyak waktumu tersita karenanya, apalagi jika kamu dan dia, yang entah siapa namanya, saling menyukai. Saat itu warna dari hidupmu akan berkurang sedikit demi sedikit, hidupmu terlalu indah nanti jika dikurangi warnanya, Nak." Ak

Pengakuan Kucing

Sebenarnya, selama ini aku punya kekalutan yang ingin kuutarakan Jangan salahkan jika sekarang ada ketidakenakan di sudut jalan yang selalu kau lewati ketika hendak pulang Karena dulu serambi ini begitu hijau dipenuhi rumput yang berjejer rapi yang tak pernah merasa dikibuli Tetapi, itu dulu ya, dulu Sekarang, pasir pun tidak tersisa sehingga aku bingung meletakan malu-ku dimana Jadi, jangan salahkan jika sekarang ada ketidakenakan di sudut jalan yang selalu kau lewati ketika hendak pulang Karena, aku telah kehilangan tempat paling nyaman ketika membuang kotoran Jakarta, Oktober 2014

Kepada Bunga

Kepada Bunga: Ada masa dimana kita akan bersama. Merajut kisah seperti prosa, memilah diksi untuk berpuisi, menjadi lakon bersama dalam sebuah panggung sandiwara, menentukan noktah pada susunan nada, atau menggerayangi semesta hingga menjadi diorama. Kepada Bunga: Frasa milik kita yang sering berterbangan akan membentuk kata, lalu kalimat, kemudian paragraf, dan akan berakhir menjadi sebuah cerita. Setelah cerita terbentuk, kita akan menjadi tuhan dalam karya yang telah kita buat. Kepada Bunga: Saat ini adegan yang kita susun belum sepenuhnya sempurna. Aku masih seekor lebah yang belum punya usia, dan kau, sudah menjadi bunga yang akan seterusnya mempesona. Aku akan mematangkan dulu diriku, untuk bersimbiosis denganmu. Saat semua itu telah terlaksana, aku yakin Epos Ramayana pun hanyalah kisah sederhana yang tidak akan melebihi roman yang akan kita jalani. Kepada Bunga: Saat ini, inginku, kamu selalu mekar menebarkan keramahan. Jakarta, 02 Oktober 2014