Dari Hotel Tua ke Bangkai Pabrik di Pinggir Kota

Uraian ini saya tulis pascamenonton Doctor Sleep dan The Shining pada akhir 2019. Sayang sekali kalau hanya didiamkan di folder pribadi. Sesekali atau seringkali, kisah horror akan membantu kita membaca situasi yang sedang kita alami. Silakan dinikmati.

Nama penginapan itu adalah The Stanley Hotel, letaknya di Colorado, Amerika Serikat. Memiliki 142 kamar, pemandangan indah danau Estes dan pegunungan Rocky. Bangunannya dirancang oleh Freelan Oscar Stanley, dibuka secara resmi pada 4 Juli, 110 tahun yang lalu. Saya mendapat semua keterangan di atas dan beberapa keterangan lain dalam tulisan ini tentu saja dari Wikipedia, ketika ingin tahu bagaimana Stephen King mengkonstruksi kengerian The Grand Overlook Hotel dalam film Doctor Sleep yang sedang tayang di bioskop.  

Sebelum mampir ke Wikipedia, saya sempatkan dulu menonton The Shining, sekuel dari Doctor Sleep. Dua film ini merupakan adaptasi dari novel karya Stephen King dengan judul yang sama. Bedanya, The Shining populer pada 1977 dan difilmkan oleh Stanley Kubrick’s tiga tahun kemudian, sementara Doctor Sleep populer pada 2013 dan difilmkan oleh Mike Flanagan’s pada tahun ini.

Novel The Shining merupakan karya ketiga dari Stephen King. Buku yang mengantarkan kepopuleran pengarangnya sebagai salah satu maestro horor Amerika. Latar cerita dari novel tersebut dipengaruhi oleh pengalaman pribadi Stephen King, ketika bermalam di Hotel Stanley dan masa penyembuhannya dari ketergantungan pada minuman keras. Doctor Sleep pun merupakan novel yang laris, bahkan mendapat penghargaan Bram Stocker dari Horror Writers Association. Saya belum membaca kedua novel tersebut dan tidak tahu sejauh apa perbedaan dan persamaan dua kisah itu dalam masing-masing medium—antara novel dan film, yang saya tahu: film yang mengadaptasi novel Stephen King selalu bikin teriak-teriak ketika menontonnya dan membuat saya susah tidur. 

The Shining dimulai ketika Jack Torrance, lelaki paruh baya yang sedang berusaha berhenti mengkonsumsi alkohol dan berambisi jadi penulis, baru saja sampai di hotel Overlook yang terletak di lembah pegunungan Rocky. Ia melamar kerja untuk menjadi penjaga hotel tersebut di musim dingin. Setelah diwawancara, diberi petunjuk operasional, dan diceritakan beberapa desas-desus, keluarga Torrance—Jack, Wendy (istrinya), dan Danny (anaknya), pun menjaga hotel megah itu.

Danny merupakan anak kecil yang istimewa, dia memiliki alter ego bernama Tony. Mereka berdua acapkali berbincang dan orangtuanya pun tidak mengganggap itu sebagai hal yang aneh. Sebelumya, Dick Hallorann, salah satu juru masak Overlook mengatakan bahwa itu merupakan bakat yang jarang dimiliki orang, sesuatu yang shining.

Mulanya, Jack tidak percaya desas-desus mengenai Overlook, keluarganya pun bahagia tinggal di sana. Kemudian, perubahan mulai terjadi: sifat temperamental Jack muncul, ia membunuh Hallorann, dan hantu-hantu yang dikira cuma desas-desus menampakan diri pada Danny. Mereka sekeluarga terkena “demam kabin”. Petaka terjadi, Jack mati karena penyakit gila. Sementara itu, Wendy dan anaknya kabur ketakutan meninggalkan Jack. Hotel tua itu kemudian merenung sendirian di tengah badai salju. Begitulah kira-kira ringkasan cerita The Shining.

Sebagai generasi yang dimanjakan kecanggihan teknologi Hollywood, The Shining tentu merupakan film kuno namun menarik; temponya padat merayap, konfliknya meletup kemudian meledak, latar musik adegannya mengiang dan dekorasinya antik nan monoton. Saya sendiri sesekali menguap di antara teriakan-teriakan yang muncul karena penampakan penghuni Overlook. Bagi saya, di situ menariknya menonton film horror sebelum teknologi belum canggih-canggih amat: sisi dalam diri kita dibawa hanyut dengan alur cerita. Kubricks’s sukses menapakan kakinya di jagat horror kesukaan saya, melalui film yang durasinya hampir tiga jam!

Soal Doctor Sleep, begini: Danny Torrance sedang bermain sepeda di koridor Overlook, adegan ini mengambil dari The Shining. Dari adegan itu, kita melihat bagaimana Overlook menimbulkan trauma terhadap Danny. Kemudian, cerita berlanjut ke kehidupan Danny pasca-Overlook, ia melawan traumanya dari ajaran Dick Hallorann yang sudah menjadi hantu. Halloran mengajarkan agar Danny mengimajinasikan sebuah kotak dan mengunci hantu-hantu yang membuat ia trauma ke dalam benda tersebut. Danny pun sembuh.

Danny yang mungil dan tentu saja menggemaskan telah tumbuh dewasa menjadi laki-laki pemabuk brewok tak terurus. Ibunya telah mati. Hantu-hantu dalam kotak di kepalanya hampir hilang karena pengaruh alkohol yang terus-menerus. Sisi shining dalam dirinya bertambah: suara-suara aneh bermunculan di kepalanya, untuk menghilangkan hal itu juga dia menjadi pemabuk. Namun, menjadi pemabuk belumlah cukup. Akhirnya, ia pergi ke kota kecil dekat tempat kelahiran ibunya. Di tempat itulah dia berniat untuk menjadi orang baik, menyembuhkan diri dengan mengikuti pertemuan rutin orang-orang stres yang sedang menjalani masa rehabilitasi. Pelan-pelan ia sembuh, mendapat pekerjaan sebagai penjaga orang-orang jompo yang menghadapi sakaratul maut, mendapat julukan doctor sleep. Sesekali ia tetap bertemu dengan Halloran dan terus melawan suara-suara yang riuh di kepalanya.

Kemudian, ada seorang shining yang lain, Abra. Gadis kecil yang mencoba berkomunikasi kepada Danny dengan menulis di dinding kamar sewa Danny dari jarak jauh. Awalnya, Danny menikmati hal tersebut, sampai kemudian Abra menceritakan peristiwa pembunuhan seorang anak kecil di pabrik yang sudah tidak terurus, tepatnya di Canton County. Pembunuhan yang dilakukan sekelompok orang yang shining, mereka menamai dirinya Red Hat. Abra yang merasa penasaran dan bertanggung jawab akhirnya menemui Danny untuk meminta tolong. Danny sebenarnya enggan, tetapi hantu Halloran menyarankan agar ia membantu gadis itu demi kebaikan dirinya juga.  

Setelah itu, tentu saja konflik cerita makin menarik. Paduan antara cerita horor dan realisme magis muncul. Antara fiksi dan realita, ditambah dengan kritik terhadap peradaban masa kini, tentu saja. Tulisan ini lebih baik saya akhiri. Tentu saja ini bukan ulasan atau bahkan kritik. Mudah-mudahan, dapat memberi pengantar untuk berteriak-teriak seperti saya ketika menonton Doctor Sleep. Silakan ke bioskop atau menunggu versi bajakan dari film tersebut muncul. Terima kasih sudah membaca. 


Komentar